Keyakian

Ketika aku jatuh, dengan dia yang jauh, aku butuh keyakinan yang penuh. Di titik itu tak hanya sebuah rasa cinta yang meluap untuk mendapatkannya, tapi keyakinan yang maha agung untuk dia bersedia bersanding.

Jika aku tak kuat dengan keyakinan itu, dia sudah tak mungkin bersamaku, yang belum tentu bisa sebahagia dan selebar ini senyumnya. Aku bukan lelaki perkasa dengan hati baja, yang dengan kuat berdoa di malam-malamku untuk dia, sedangkan wanita lain yang resmi menjadi istriku tidur di ranjangku.

Aku berfikir " menikahi orang yang aku cintai itu mudah, namun mencintai orang yang aku nikahi itu susah" , maka dari itu semua, aku butuh keyakinan sekuat tetesan air yang mampu melubangi batu hitam lagi kokoh, dan juga semangat hujan untuk menyuburkan tanah, selalu kembali menyiram bumi, walau harus terus terjatuh.

Satu hal, bagiku jauh itu bukan soal jarak, namun masalah hati, karena dimensi ruang sudah tak berarti lagi di masa kini, hanya jika hati ini tak pernah dekat dan bersatu dibawah cintaNya, maka aku tak pernah bisa bangkit lagi dari jatuhku yang ini.

Namun soal keyakinan hati kita, tak sedikitpun bisa dibayar oleh materi, layaknya jual-beli yang ketika cocok dengan barang bawaan kita kita ambil tanpa ragu di hati, maka jika cinta selalu diukur dengan materi, tidak ada bulan yang selalu setia mengitari bumi kita atau lebah yang setia berangkat di pagi hari dan pulang di sore hari untuk membangun rumahnya dengan penuh cinta.

Komentar