Hujan dan Terik

Panas begitu membakar, tanah menghasilkan debunya, jalan-jalan menjadi panggangan besar untuk manusia-manusia yang terjabak dalam kemacetan, hari itu terik matahari pantas mengeluarkan senyum cerahnya melihat seorang pengendara mobil memaki pengendara motor yang tak kalah egois.

Matahari tersenyum sinis melihat manusia ternyata tak lebih baik dari matahari yang selalu memberikan manfaat serta taat berdiam diri, menungggu planet-planet terus mengitarinya hingga waktu untuk berpindah telah ditentukan.

Namun, terkadang matahari pun tersenyum kagum melihat manusia, di tengah teriknya matahari dia malah pergi ke masjid dengan semangat, berharap setiap langkah kaki nya terhitung pahala oleh sang pencipta. Karena orang-orang seperti ini lah awan datang memperebutkan tempat untuk melihatnya, untuk menaunginya, memberikannya nikmat teduh di saat terik.

entah berapa lama menjalani siang yang terik, tapi terik itu pasti akan berganti dengan hujan, entah hujan jenis apa yang turun, hujan yang di dalamnya banyak keberkahan kah? Atau hujan yang ingin memperingatkan? Itu kembali kepada saat terik matahari membakar kesabaran atau dosa.

Di saat hujan, setiap butiran hujan yang membentur ke tanah menjadi saksi perbuatan setiap anak manusia, ketika hujan apakah dia bersyukur atau malah mementingkan menghangatkan badan-badan mereka dengan cara yang tak halal.

Karena rangkaian kejadian yang demikianlah, setiap manusia belajar akan pembelajaran penting, yang meberujung kepada pernyataanNya "sesungguhnya telah kita tunjukan kepada nya sebuah jalan, apakah itu membuatnya bersyukur atau malah menjadikan nya kufur" Al-insan (3)

Maka setiap prosesi pengalaman dan perjalanan anak manusia adalah pembelajaran.

Komentar